BOO KEBO!

Lawakan sahabat kita itu sebenarnya amat serius. Dengan gaya amat santai
dia mengungkapkan secara jitu soal – soal politik dan kepemimpinan. Itu
terjadi di sebuah acara di kota Bandung.
“Saudara – saudara sebangsa setanah air!”ucapnya,”kumpul kebo sungguh
baik dan merupakan pilihan saya dalam pengelolaan tugas – tugas saya.
Marilah kita selalu kumpul dengan kebo, baik kebodohan,kebohongan maupun
kebobrokan…”

Acara itu menjadi amat semarak. Namun, pada hari – hari sesudah acara, saudara kita itu tidak nampak batang hidung maupuhn ekornya. Orang – orang mencari ke sana kemari, bahkan sampai ke kandang – kandang kebo, tak ketemu.
Saya sendiri menjadi sangat khawatir. Jangan jangan ia disruduk oleh seekor atau beberapa ekor kebo, atau setidaknya hidungnya dicocok seperti
kebanyakan kebo.
Tak bisa saya berbuat apa – apaatas hilangnya sahabat kita itu.
Akhirnya saya hanya berdoasemoga ia selamat dari kebonyokan- kebonyokan
tertentu di wajahnya, semoga llah melindunginya dari kebocoran – kebocoran
di kepalanya, serta jangan sampai perut atau anggota – anggota tubuh yg
lain menderita kebolongan kebolongan.
Sebab, 45 tahun yang lalu, Cak Durasim di Jombang, gara – gara berpantun, “Bekupon omahe doro, melok Nipon urip sengsoro…”-segera mengalami kebongkoan alias ‘dut’ alaias ‘koid’ oleh ‘keboanjingan’ serdadu Jepang.

~ by samsira on 4 January 2008.

Leave a comment